EFEKTIFITAS
KOMUNIKASI BISNIS

Nama Kelompok :
1. Verda Ayu Widyanti (1A214996)
2. Cindy Larasati (12214417)
3. Rizqi Aulia Hanifah (19214737)
5. Reza Syafitrah (19214192)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Tidak jarang
permasalahan terjadi dikarenakan kesalah pahaman diantara dua individu yang
awalnya hanya melakukan pembicaraan kecil namun sebab akibat si komunikator
tidak memahami karakter dari si komunikan maka terjadilah perbedaan persepsi
yang didapatkan sehingga menimbulkan masalah yang sebenarnya kecil. Keefektivan
sebuah komunikasi interpersonal memiliki banyak aspek didalamnya. Misalkan
pemahan akan suku, karakter individu, kesukaan atau ketidak sukaan seseorang
terhadap sesuatu hal. Mungkin itu dianggap berlebihan bagi orang yang akan
melakukan pembicaraan spontan tapi pengetahuan tersebut akan lain manfaatnya
jika dilakukan dilingkup yang lebih formal. Menurut pengamatan penulis, sejauh
ini masyarakat kita terutama masyarakat modern banyak melakukan aktivitas dan
menghabiskan waktu di kantor mereka melakukan pekerjaannya dibandingan di
rumah. Hal itu tidak jarang membuat seseorang harus memilliki kenyamanan di
kantor mereka agar tidak merasa bosan atau jenuh terhadap pekerjaan yang mereka
lakukan. Alasan penulis mengangkat judul skripsi yakni “Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Antara Atasan dan Bawahan PT. Borneo Enterprisindo” dikarenakan banyak pihak
yang menganggap sepele akan pentingnya komunikasi interpersonal dan sangat
menarik untuk dilakukan penelitian serta pengembangan tentang komunikasi
interpersonal.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian di atas maka permasalahan yang dikemukakan oleh penulis adalah:
”Bagaimana Efektivitas Komunikasi Interpersonal antara atasan dan bawahan di
PT. Borneo Enterprisindo Perwakilan Samarinda?”
1.3 Tujuan
Penelitian
Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan atau menggambarkan efektivitas
komunikasi interpersonal antara atasan dan bawahan untuk mencapai target yang
telah ditentukan oleh perusahaan, dalam hal ini PT. Borneo Enterprisindo
Samarinda. Melihat fenomena komunikasi interpersonal antara atasan dan bawah
yang terjadi di perusahaan tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Efektivitas
Menurut
Mahmudi (2005:92), efektivitas merupakan hubungan antara output yang dihasilkan
dengan tujuan, semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka
semakin efektif organisasi didalam program atau kegiatan. Pemanfaatan sumber
daya, sarana, dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan
sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang
dijalankan (Siagian, 2001:24).
Sedangkan
menurut Kurniawan Agung (2005:109), adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi
(operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya
yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya. Adapun
Prasetyo Budi Saksono (1984:34) mengatakan efektivitas adalah seberapa besar
tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yang diharapkan dari
sejumlah input.
Efektivitas menurut pengertian di atas mengartikan bahwa
indikator efektivitas dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah
ditentukan sebelumnya merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah
tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Dari pengertian-pengertian
diatas dapat disimpulkan eJournal Ilmu komunikasi, bahwa efektivitas adalah
suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan
waktu) yang telah tercapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah
ditentukan terlebih dahulu.
2.2 Pengertian Komunikasi
Berbicara
mengenai komunikasi, ada beberapa pengertian komunikasi menurut para ilmuan
diantaranya yaitu Komunikasi merupakan sebuah kata yang abstrak dan memiliki
sejumlah arti. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu “communis”, yang
berarti “sama” atau “communicare” yang berarti “membuat sama” (Effendy,
2001:41).
Carl I.
Hovland (dalam Effendy, 2009:10) menyatakan: “Communication is the process to
modify the behaviour of other individuals” (Komunikasi adalah proses mengubah
perilaku orang lain). Jadi dalam pengertiannya peneliti menyimpulkan komunikasi
yang diartikan oleh Carl I. Hovland menganggap komunikasi sebagai alat untuk
berhubungan dengan orang lain dan juga bertujuan mengubah prilaku orang yang
menerima pesan tersebut melalui pesan-pesan yang disampaikan oleh pengirim
pesan.
Jadi
berdasarkan definisi-definisi di atas maka penulis mendefinisikan bahwa
komunikasi adalah proses penyampain informasi dari seseorang kepada orang lain
dengan tujuan tertentu. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada
kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Komunikasi
bergantung pada kemampuan kita untuk mendapatkan dapat memamahami satu dengan
yang lainnya. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok
orang dapat dipahami oleh pihak lain.
2.3 Komunikasi
Interpersonal
Komunikasi
Interpersonal berlangsung antar dua individu, karenanya pemahaman komunikasi
dan hubungan antar pribadi menempatkan pemahaman mengenai komunikasi dalam
proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman
dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat di dalamnya. Hal
terpenting dari aspek psikologis dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri
pribadi individu terletak dalam diri individu dan tidak mungkin diamati secara
langsung. Artinya dalam komunikasi interpersonal pengamatan terhadap seseorang
dilakukan melalui perilakunya dengan mendasarkan pada persespsi orang yang
mengamati. Dengan demikian aspek psikologis mencakup pengamatan pada dua
dimensi, yaitu internal dan eksternal. Namun kita mengetahui bahwa dimensi
eksternal tidaklah selalu sama dengan dimensi internalnya.
Menurut
Kathleen S. Verderber (dalam Budyatna & Ganiem, 2011:14) komunikasi
interpersonal adalah proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola
hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dalam
menciptakan makna. Unsur-unsur tambahan di dalam proses komunikasi antarpribadi
adalah pesan dan isyarat perilaku verbal. Efektivitas komunikasi Interpersonal
atasan dan bawahan(Ferry Afriyadi).
Untuk dapat
memahami makna atau pengertian dari komunikasi interpersonal dengan mudah jika
sebelumnya kita telah memahami makna atau pengertian dari komunikasi
interpersonal. Seperti menganonimkan, komunikasi interpersonal dapat diartikan
sebagai penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator
sendiri. Jadi dapat diartikan bahwa komunikasi interpersonal adalah komunikasi
yang membutuhkan pelaku atau personal lebih dari satu orang.
2.4 Proses
Komunikasi Interpersonal
Setiap
definisi komunikasi interpersonal diatas, menunjukan adanya suatu proses dalam
komunikasi. Adapun proses komunikasi merupakan tahapan-tahapan penyampaian
pesan dari pengirim pesan kepada penerima pesan. Berdasarkan definisi yang
dikutip dari Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management (dalam
Effendy,2001:18), yang mengacu pada paradigma Harold Lasswell, terdapat
unsur-unsur komunikasi dalam proses komunikasi, yaitu :
a. Sender adalah komunikator yang menyampaikan pesan kepada
seseorang atau sejumlah orang.
b. Encoding disebut juga penyandian, yakni proses pengalihan
pikiran kedalam bentuk lambang.
c. Message adalah pesan yang merupakan seperangkat lambang
bermakna yang disampaikan oleh komunikator.
d. Media adalah saluran komunikasi tempat berlalunya pesan
dari komunikator kepada komunikan.
e. Decoding disebut juga penyandian, yaitu proses dimana
komunikan menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
f. Receiver adalah komunikan yang menerima pesan dari
komunikator.
g. Response adalah tanggapan, seperangkat reaksi pada
komunikan setelah diterima pesan.
h. Feedback adalah umpan balik, yakni tanggapan komunikan
apabila pesan tersampaikan atau disamaikan kepada komunikator.
i. Noise adalah gangguan yang tak terencana, terjadi dalam
proses komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang
berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
2.5 Fungsi dan
Tujuan Komunikasi Interpersonal
Proses
komunikasi interpersonal ditujukan untuk menciptakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi yang efektif artinya, bila terjadi pengertian, menimbulkan
kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik, dan perubahan
perilaku. Komunikasi yang efektif juga bisa diartikan terjadi bila ada kesamaan
antara kerangka berpikir dalam bidang pengalaman antara komunikator dengan komunikan.
Fungsi dari komunikasi interpersonal itu sendiri adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mendapatkan respon/umpan balik. Hal ini sebagai
salah satu tanda efektivitas proses komunikasi.
2. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi
respon/umpan balik.
3. Melakukan kontrol perilaku terhdapap lingkungan sosial
yaitu dapat melakukan modifikasi perilaku seseorang dengan cara persuasi atau
membujuk orang lain.
Komunikasi interpersonal mempunyai beberapa tujuan. Disini
akan dipaparkan 4 tujuannya, antara lain (Devito, 1997:245) :
a. Mengurangi Kesepian
Kontak
dengan sesama manusia akan mengurangi kesepian, adakalanya kita mengalami
kesepian karena secara fisik kita sendirian. Di pihak lain, kita kesepian
karena, meskipun mungkin bersama orang lain, kita mempunyai kebutuhan yang
terpenuhi akan kontak dekat.
b. Mendapatkan Rangsangan
Manusia
membutuhkan rangsangan untuk berkomunikasi, manusia akan mengalami kemunduran
dan bisa mati apabila tidak adanya rangsangan antar manusia.
c. Mendapatkan Pengetahuan Diri
Sebagian
besar melalui kontak dengan sesama manusia, kita belajar mengenai diri kita
sendiri. Persepsi diri kita sangat dipengaruhi oleh apa yang kita yakini dan
pikirkan orang tentang kita.
d. Memaksimalkan Kesenangan, Meminimalkan Penderitaan
Alasan
paling umum untuk membina hubungan dan alasan yang dapat mencakup semua alasan
lainnya, yaitu kita berusaha berhubungan dengan manusia lain untuk memaksimalkan
kesenangan kita dan meminimalkan penderitaan.
2.6 Efektivitas
Komunikasi Interpersonal
Komuniasi
interpersonal yang efektif adalah penting bagi anggota organisasi yang
diharapkan dapat membawa hasil pertukaran informasi dan saling pengertian (mutual
understanding). Efektivitas komunikasi interpersonal dalam pandangan humanistic
menurut Devito (1997:259) mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. Keterbukaan (openess)
Kualitas
keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi interpersonal.
Pertama, komunikator interpersonal yang efektif terbuka kepada orang yang
diajaknya berinteraksi. Hal ini tidak berarti bahwa orang harus dengan segera
membukakan semua riwayat hidupnya. Memang ini mungkin menarik tapi biasanya
membantu komunikasi.
Aspek
keterbukaan yang kedua, mengacu kepada komunikator untuk beraksi secara jujur
terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak kritis dan tidak tanggap
pada umumnya merupakan peserta percakapan jemuk. Kita ingin Efektivitas
komunikasi Interpersonal atasan dan bawahan orang bereaksi secara terbuka
terhadap apa yang kita ucapkan. Aspek ketiga, menyangkut kepemilikan perasaan
dan pikiran. Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik kita, kita bertanggung jawab
atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan
yang menggunakan kata saya (kata ganti orang pertama tunggal).
b. Empati (Empathy)
Henry
Backrack (dalam Devito, 1997:5) mendefiniskan empati sebagai kemampuan
seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat
tertentu, dari sudut pandang orang lain itu melalui kacamata orang lain itu.
Bersimpati dipihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut sedih.
Berbeda dengan empati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya,
berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama dengan cara yang
sama.
c. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan
interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung.
Komunikasi yang terbuka dan empati tidak dapat berlangsung dalam suasana yang
tidak mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap deskriptif
tidak evaluatif, spontan tidak strategi, dan proposional tidak sangat yakin.
d. Kesetaraan (Equality)
Di setiap
situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan. Salah seorang mungkin lebih
pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik, atau lebih besar dari pada yang lain.
Tidak pernah ada dua orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas
dari ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif bila suasananya
setara. Artinya harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak
sama-sama bernilai dan berharga dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu
yang penting untuk disumbangkan. Suatu hubungan interpersonal yang ditandai
oleh kesetaraan, ketidakpuasaan, ketidaksependapatan dan konflik lebih dilihat
sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada daripada sebagai
kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.
2.7 Komunikasi
Interpersonal Perusahaan
Ada
bermacam-macam klasifikasi komunikasi interpersonal dalam perusahaan. Redding (dalam
Muhammad, 2002:159) mengembangkan 4 klasifikasi interpersonal perusahaan, yaitu
:
1. Interaksi intim
Interaksi
intim termasuk komunikasi diantara teman baik, anggota keluarga, dan
orang-orang yang mempunyai ikatan emosional yang kuat. Kekuatan dari hubungan
menentukan iklim interaksi yang terjadi. Percakapan social. Percakapan ini
adalah sebuah interaksi untuk menyenangkan seseorang secara sederhana dengan
sedikit berbicara. Percakapan biasanya tidak begitu terlibat secara mendalam.
2. Interogasi atau pemeriksaan
Pada
interaksi seseorang yang ada dalam kontrol, yang meminta atau bahkan menuntut
informasi dari yang lain. Misalnya, seorang karyawan dituduh mengambil barang
milik perusahaan untuk kepentingan pribadi biasanya karyawan tersebut
diinterogasi oleh atasannya untuk mengetahui benar atau tidaknya tuduhan
tersebut.
3. Wawancara
Wawancara
adalah satu bentuk komunikasi interpersonal dimana dua orang terlibat dalam
percakapan yang berupa tanya jawab. Salah seorang mengajukan pertanyaan untuk
mendapatkan informasi dan yang lainnya mendengarkan dengan baik kemudian
memberikan jawaban yang dikehendaki sampai tujuan wawancara tercapai.
2.8 Kebutuhan Komunikasi
Interpersonal Perusahaan
Kebanyakan
komunikasi dalam perusahaan terjadi dalam tingkatan interpersonal, maka penting
untuk mengenal kebutuhan interpersonal yang dimiliki oleh tiap individu.
William C. Schutz (dalam Muhammad, 2002:161) mengidentifikasi 3 macam kebutuhan
dasar ini, yaitu:
1. Kasih Sayang
Kebutuhan akan
kasih sayang adalah
kebutuhan untuk mempertimbangkan
apakah diri kita disukai atau disayangi oleh orang lain. Pengalaman hidup
sehari-hari kita semua mempunyai teman atau melihat orang berusaha memnuhi
kebutuhan ini. Orang yang telah memenuhi kebutuhan ini menurut Schutz dinamai
personal.
Individu-individu
yang kurang personal perlu lebih banyak dipahami. Sementara itu tidak ada cara
yang sederhana untuk memasuki diri orang lain. Ada banyak hal yang dapat kita
lakukan untuk menyadari bahwa orang ini mempunyai satu kebutuhan untuk disukai
dan disayangi.
2. Diikutsertakan
Kebutuhan
merasa berarti dan diperhitungkan adalah merupakan kebutuhan interpersonal
diikutsertakan. Menurut Schutz orang-orang yang tidak berhasil memenuhi
kebutuhan ini dinamakan kurang sosial atau terlalu sosial. Orang-orang itu
dapat dikatakan takut untuk berkomunikasi. Takut berkomunikasi menunjukan
gejala kecemasan berhubungan dengan kenyataan, atau berkomunikasi dengan orang
lain. Sementara itu orang yang kurang sosial mungkin tidak takut berkomunikasi,
mereka mempunyai banyak gejala-gejala yang sama dengan orang lain yang kurang
personal. Orang-orang ini sulit untuk memberikan sumbangan informasi secara
lisan terhadap seseorang dan umumnya, menghindari mengatakan sesuatu karena
takut bahwa mereka akan kurang diperhatikan.
3. Kontrol
Ada tiga
tipe yang berbeda, beberapa orang yang karena kepribadiannya yang sangat patuh
pada orang lain dan karena itu dinamakan abdikrat. Mereka ini tidak percaya
atau sedikit percaya pada diri mereka dan sering menganggap bahwa diri mereka
tidak sanggup mengerjakan sesuatu. Individu-individu ini kurang berani
mengambil resiko dan umumnya tidak pernah membuat keputusan mereka sendiri.
Orang ini perlu banyak diberi penguatan (reinforcement) agar supaya melihat
diri mereka sebagai manusia yang berguna dan mempunyai kemampuan.
2.9 Hubungan
Internal
Pengertian
Hubungan Internal, Hubungan internal menurut Hardiman (2006:57) adalah kegiatan
membina dan mengembangkan komunikasi internal dalam organisasi, dengan cara :
1. Menciptakan komunikasi dua arah yang harmonis dalam
organisasi
2. Komunikasi horizontal antar karyawan/departemen
3. Komunikasi vertikal antara manajemen dengan karyawan Dimensi
Hubungan Internal
Dimensi hubungan internal
Terdiri dari komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal
(Effendy, 2009:122):
1. Hubungan vertikal yakni suatu proses hubungan dari atas ke
bawah dan sebaliknya yang menggambarkan
hubungan antara pimpinan
dan bawahannya. Pimpinan memberikan instruksi, petunjuk, informasi, dan penjelasan,
sedangkan bawahan memberikan laporan, saran, pengaduan. Komunikasi dua arah
secara timbal balik tersebut dalam organisasi penting sekali karena jika hanya
satu arah saja, roda organisasi tidak akan berjalan dengan baik.
2. Hubungan horizontal yakni hubungan secara mendatar, antara
staf dan bawahan. Hubungan ini berkesan berlangsung tidak formal, ditandai
dengan sifat hubungan pada saat istirahat. Dalam situasi komunikasi seperti
ini, desas-desus cepat sekali menyebar dan menjalar. Seringkali yang didesas-desuskan
mengenai hal-hal yang menyangkut pekerjaan atau tindakan pimpinan yang
merugikan mereka.
2.10 Definisi Konsepsional
Definisi
konsepsional merupakan pembatasan pengertian tentang suatu konsep atau
pengertian, ini merupakan unsur pokok dari suatu penelitian. Sehubungan dengan
itu maka peneliti akan merumuskan konsep yang berhubungan dengan variabel yang
dimaksud. Pada konsep yang telah peneliti paparkan diatas, maka efektivitas
komunikasi interpersonal atasan dan bawahan merupakan interaksi face to face
antara dua individu atau lebih untuk saling menukar informasi dan saling mempengaruhi
tingkah laku yang dapat menimbulkan umpan balik secara langsung demi menunjang
suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah meningkatkan kualitas kerja perusahaan
dimulai komunikasi yang efektif terlebih dahulu oleh atasan dan bawahan.
Komunikasi interpersonal yang efektif dapat dilihat dari empat unsur yakni:
keterbukaan (openess), empati (empathy), sikap positif (positivenness), dan
kesetaraan (equality).
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1 Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Deskriptif Kualitatif.
3.2 Fokus
Penelitian
Setelah
peneliti memaparkan konsep-konsep diatas, fokus penelitian dalam sebuah
penelitian dimaksudkan untuk membatasi studi, sehingga dengan pembatasan
tersebut akan mempermudah penelitian dan dalam pengelolaan data yang kemudian
menjadi sebuah kesimpulan. Dengan memperhatikan uraian diatas serta bertitik
tolak dari rumusan masalah, maka fokus penelitian ini dapat dikemukanan sebagai
berikut :
Efektivitas komunikasi interpersonal dapat dilihat dari :
1. Keterbukaan (openness), dapat dilihat dari kesediaan karyawan
dalam menyampaikan laporan secara jujur dan terbuka kepada atasan. Bawahan
harus lebih aktif berinteraksi kepada atasan agar laporan yang dikerjakan
sesuai yang diharapkan.
2. Empati (emphaty), dapat dilihat dari seorang atasan yang
mampu memahami perasaan yang dirasakan oleh bawahannya. Seperti, atasan peka
terhadap keadaan bawahannya yang sedang merasa depresi karena pekerjaan yang diberikan
terlalu banyak yang membebani bawahan.
3. Sikap mendukung (supportivenness), yang dilihat dari
proses saling mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan perusahaan. Atasan
dan bawahan bekerja sebagai teamwork didalam menjalankan suatu proyek event termasuk
sikap yang saling mendukung dalam mensukseskan event-event yang dikerjakan.
4. Kesetaraan (equality), dilihat dari setiap karyawan
memiliki hak dan kewajiban kepada perusahaan, walaupun jabatan berbeda.
3.3 Sumber Data
1. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa
jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.
2. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa
keadaan diam atau bergerak. Diam misalnya ruangan, kelengkapan alat, wujud
benda, warna, surat pribadi dan notulen. Bergerak misalnya bekerja, kegiatan
belajar mengajar dan lain sebagainya.
3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda
berupa huruf, angka, gambar atau simbol-simbol lainnya.
Dalam
mengambil tindakan informan, peneliti menggunakan metode purposive sampling,
menurut Sugiyono (2009:53)
purposive sampling maksudnya,
informan adalah orang-orang yang diyakini mengetahui lebih banyak hal yang
berkenaan dengan materi yang akan diteliti. Teknik purposive sampling adalah
penentuan sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Dalam penelitian ini yang menjadi informannya adalah :
1. key informan Sutik Anik selaku manajer
2. Julia Asnani (29 tahunn) staf bagian logistik,
3. Randy Hidayat (25tahun) PIC lapangan,
4. Erry Fachrizal (31 tahun) staf bagian konsep,
5. Hasan (29 tahun) staf administrasi.
3.4 Teknik
Pengumpulan Data
Guna
memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian makapenulis melakukan
pengumpulan data dengan teknik :
1. Studi Kepustakaan, yaitu dengan mempelajari teori-teori
dari literatur atau buku-buku kepustakaan, catatan, bacaan lain agar dapat
membantu dalam penemuan masalah pemecahan dan menguji kebenaran dari hasil
pemikiran.
2. Studi dokumen, yaitu mencari data dalam dokumen atau
sumber pustaka.
3. Pengamatan atau observasi, yaitu pengamatan terhadap
gejala yang diteliti. Dalam hal ini panca indera manusia ( penglihatan dan
pendengaran ) diperlukan untuk menangkap gejala yang diamati. Hasil penangkapan
tersebut dicatat dan dianalisis oleh peneliti untuk menjawab masalah
penelitian.
4. Wawancara, merupakan salah satu metode pengumpulan data
dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara
pengumpul data ( pewawancara ) dengan sumber data ( responden ).
3.5 Teknik
Analisis Data
Pada
penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif model
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display,
dan conclusion drawing/verification. Seperti yang dikemukakan oleh Matthew B.
Miles dan A. Michael Huberman (1992: 15-20) mengatakan bahwa analisis data kualitatif
terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi, antara lain :
1. Reduksi data ( Penyederhanaan data )
Reduksi data
dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian (focus),
menterjemahkan dengan membuat catatan mengubah data mentah yang dikumpulkan
dari penelitian ke dalam catatan yang telah disortir atau diperiksa. Tahap ini
merupakan tahap analisis data yang mempertajam atau memusatkan, membuat dan
sekaligus dapat dibuktikan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Display data
/ Penyajian data adalah menyusun informasi dengan cara tertentu sehingga
diperlukan memungkinkan penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.
Pengambilan data ini untuk memahami peristiwa yang terjadi dalam mengarah pada
analisa atau tindakan lebih lanjut berdasar pemahaman.
3. Conclusion Drawing/Verification (Penarikan kesimpulan)
Conclusion
Drawing / penarikan kesimpulan yaitu makna yang telah disederhanakan, disajikan
dalam pengujian data dengan cara mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan
secara logis dan metodologis, konfigurasi yang memungkinkan diprediksikan hubungan
sebab akibat melalui hukum empiris.
Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temua baru yang sebelumnya belum
pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi
jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Kesimpulan
Setelah
penulis meneliti dan menjelaskan tentang Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Antara Atasan dan Bawahan PT. Borneo Enterprisindo, maka dapat dirumuskan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Keterbukaan
Dari hasil
penelitian maka penulis menyimpulkan dalam proses sifat keterbukaan antara
pimpinan dengan karyawan PT. Borneo Enterprisindo masih sangat kurang, karena
beberapa tanggapan karyawan menjelaskan bahwa mereka merasa tidak nyaman untuk
menyampaikan sesuatu kepada pimpinan apabila terjadi masalah yang timbul
didalam team, sehingga perlu adanya peningkatan pendekatan yang lebih mendalam
antara pimpinan dengan karyawan.
2. Empati
Dari
pengamatan penulis, penulis menyimpulkan pimpinan PT. Borneo Enterprisindo
dalam membangun sikap empati masih belum efektif dikarenakan masih adanya
karyawan mereka yang merasakan kurangnya kepedulian atau sikap empati pimpinan
terhadap karyawannya walaupun sebagian karyawannya sudah merasakan kepedulian
yang diberikan pimpinan. Pimpinan harus melihat lebih dalam bagaimana sikap dan
sifat setiap bawahannya, karena setiap orang memiliki sikap dan sifat yang
berbeda sehingga pendekatan yang dilakukan untuk setiap orang itupun berbeda.
3. Mendukung
Dari hasil
pengamatan maka penulis menyimpulkan bahwasanya sikap mendukung yang dilakukan
oleh pimpinan terhadap karyawan PT. Borneo Enterprisindo masih kurang efektif
sehingga pimpinan perlu meningkatkan sikap mendukung atau memberikan motivasi
yang lebih terhadap kayawannya secara merata tidak membeda-bedakan. Karena
dukungan yang diberikan pimpinan akan menjadi bukti bagi bawahan bahwa pimpinan
mereka peduli pada mereka.
4. Kesetaraan
Penulis
menyimpulkan bahwasanya sikap kesetaraan pimpinan PT. Borneo Enterprisindoa
terhadap karyawannya masih kurang karena pimpinan PT. Borneo Enterprisindo
masih memberikan perhatian lebih kepada salah satu karyawannya. Hal ini
menimbulkan sikap kecemburuan yang dialami karyawan yang lainnya. Pimpinan
sebagai sosok yang menjadi panutan bagi bawahannya harus dapat menempatkan diri
sebagai atasan dan sebagai teman bagi bawahannya agar mereka dapat bekerja dengan
nyaman dan tidak terlalu merasa terbebani.
Daftar Pustaka
Agung, Kurniawan. 2005. Transformasi Pelayanan Publik.
Yogyakarta: Pembaruan.
Anggoro, Linggar. 2001. Teori dan Profesi Kehumasan. Jakarta
: PT. Bumi Aksara.
Budyatna, Muhammad dan Ganiem, M. Leila. 2011. Teori
Komunikasiantarpribadi. Jakarta: Kencana.
Devito, Joseph A.1997.Komunikasi antarmanusia (5th ed),
Jakarta : Proffesionals Books
Djamadin, Bahari. 2004. Komunikasi Interpersonal. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi. Cetakan Ketiga. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
Effendy, Onong Uchjana. 2001. Ilmu, Komunikasi Teori dan
Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung: CV.
Mandar Maju.
Effendy, Onong Uchjana. 2009. Ilmu, Komunikasi Teori dan
Praktek.cetakan ke22th. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Fajar, Marhaeni. 2009. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hardiman, Ima. 2006. Seri Pintar PR: 400 Istilah PR, Media
dan Periklanan. Jakarta : Gagas Ulung.
Hardjana, Agus. 2003. Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi
Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
Kaelan. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat.
Yogyakarta : Paradigma
Kriyantono, Rachmat. 2006. Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta:
Pembaruan.
Meleong, Lexy.J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Cetakan ke28th. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Muhammad, Arni. 2002. Komunikas Organisasi. Jakarta: Bumi
Aksara.
Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi
(Dilengkapi Contoh Analisis Statistika). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riswandi. 2009. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Saksono, Prasetyo Budi. 1984. Dalam Menuju SDM Berdaya.
Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitati. Bandung : CV.
Alfabeta.
Suprapto, Tommy. 2011. Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran
Manajemen Dalam Komunikasi. Yogyakarta: CAPS.
Widjaja, H.A.W. 2000. Ilmu Komunikasi Pengantar Studi.
Jakarta: PT. Bineka Cipta.
Wiryanto. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo.
Sumber:
digilib.mercubuana.ac.id/manager/...skripsi/04201-049%20Irama%20Dhamayanti.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar